Selasa, 16 Juli 2013

ILMU MEMBAWA HATI TAKUT KEPADA ALLAH




Kebijaksanaan, kearifan atau hikmah, tidaklah diberikan  kepada semua orang dengan cuma-cuma. Ia tidak datang begitu saja. 

Firman Allah SWT:  
                           
Allah menganugerahkan al-hikmah (kepahaman yang dalam tentang al-Qur’an dan As-Sunnah)  kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang dianugerahi al-Hikmah itu, maka ia benar-benar dianugerahi karunia yang banyak. Hanya oran-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari petunjuk Allah).”
                                       (QS. Al-Baqarah: 269) 
Agar Ilmu berupa hikmah atau kebijaksanaan kita dapat meningkat dalam pemahaman terhadap hakikat kebenaran maka diperlukan adanya upaya nyata untuk bertauhid dengan sebenar-benarnya.

KEHARUSAN MEMELIHARA KEMURNIAN AQIDAH
            Secara fitrah, manusia lahir ke dunia telah mengenal Tuhannya. Ketika agama-agama samawi belum diturunkan Allah SWT, orang-orang primitif mengenal Tuhan dengan cara menduga-duga. Misalnya meyakini sebuah tempat atau benda memiliki kekuatan lebih, disebabkan karena tidak terbimbing secara sistematis melalui wahyu sehingga mereka mencari Tuhan dengan cara mereka sendiri.
             Dalam masyarakat tertentu, berlaku suatu tradisi yang turun menurun dilaksanakan melalui upacara sakral dengan persembahan sesajian. Biasanya masih terjadi di pedalaman dilakukan oleh masyarakat petani, ketika tiba masa panen mereka melakukan pesta panen yang secara spiritual merupakan persembahan bentuk ucapan syukur dan terima kasih kepada "yang" memberi kemurahan. Begitu pula, ketika para nelayan mendapatkan tangkapan yang melimpah atau ketika hendak turun melaut, mereka terlebih dahulu mengadakan persembahan sesaji. Semua itu termasuk bentuk pencarian Tuhan. 
         Dengan demikian, sesungguhnya secara fitrah, manusia dilahirkan ke  dunia telah bertuhan. Hanya saja dalam pencariannya mereka melakukan dengan caranya sendiri tanpa tuntunan wahyu. Kemudian pada saat agama-agama samawi datang dan para nabi memberikan bimbingan, maka pencarian Tuhan menjadi terarah. Mereka tidak lagi menganggap tempat-tempat keramat, atau benda-benda tertentu sebagai Tuhan.
         Dari zaman ke zaman, silih berganti nabi dan rasul berada di tengah-tengah mereka untuk membimbing dan mengajarkan bagaimana mencari Tuhan dengan ritual yang benar. Begitulah sehingga pada akhirnya kita mengenal Islam
sebagai tuntunan hidup yang lebih sempurna, dibandingkan agama-agama yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya.
             Betapa lengkapnya informasi tentang ketuhanan yang telah sampai kepada kita melalui Al-Qur'an, maka tentu suatu kekeliruan jika kita masih menerapkan "pencarian Tuhan" layaknya orang yang belum beragama. Meskipun demikian, masih banyak di antara kita yang terjebak pada ritual-ritual di luar ajaran Islam, yang berdampak pada rusaknya akidah. Apabila akidah dicemari oleh kemusyrikan, tentu betapa tersiksanya kita nanti di akhirat ketika sudah datang ajal untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatan penyimpangan dan kesesatan kita.
            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar